Kamis, 28 April 2011

SIKSA NERAKA PALING RINGAN YANG MEMAYAHKAN DAN MEMBUAT GILA!


Jika ‘panasnya’* saja seperti itu? BAGAIMANA dengan ‘siksanya’???
*note: ingat kembali tulisan “SEHARUSNYA KITA MENANGIS SAAT INI JUGA!”

Mungkin sudah banyak beredar dan sudah banyak yang tahu tentang siksa neraka paling ringan, tetapi sayangnya kebanyakan riwayatnya tidak ditulis/diberitakan secara lengkap sehingga mungkin sebagian dari kita kurang ‘tersentak’ hatinya. Umumnya yang sering terdengar adalah hadits berikut:

Azab yang paling ringan di neraka pada hari kiamat ialah dua butir bara api di kedua telapak kakinya yang dapat merebus otak. (HR. Tirmidzi)

Padahal, dalam hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim ada matan (kandungan isi) yang lebih lengkap. Berikut hadits yang amat mengerikan tersebut selengkapnya:

-------------------------------------------------
Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya seringan-ringannya siksa ahli neraka, yaitu orang yang dikenakan pada dirinya sepasang sandal (batu) dari api. Maka OTAKNYA MENDIDIH sebab dari sepasang sandal (batu itu), seperti mendidihnya air dalam panci dan "semua tetangganya mendengarnya", GIGI GERAHAMNYA MENJADI BARA API dan KEDUA BIBIRNYA MENJADI BARA API, kobaran api keluar DARI DALAM PERUT dan KEDUA TELAPAK KAKINYA. Sedang dia benar-benar mengetahui (meyakini) bahwa DIRINYALAH YANG PALING PEDIH SIKSANYA diantara ahli neraka yang lain. PADAHAL itu adalah SERINGAN-RINGANNYA SIKSA bagi ahli neraka".

(ditulis dari buku PERJALANAN HIDUP SESUDAH MATI - Menyingkap Tuntas Adanya Kehidupan Di Alam Akhirat, hlm. 354)
-------------------------------------------------

Seperti itu adalah siksa yang PALING RINGAN. Kepedihannya sudah terlalu meyakitkan. Masih lagi ditambah bahwa ia berpikir itu adalah siksa paling pedih. PADAHAL kenyataan justru sebaliknya! Sehingga tiap-tiap penghuni neraka sepertinya merasa sangat sangat sakit dan paling perih azabnya. Itu namanya SIKSA DI ATAS SIKSA. Dalam Q.S. An-Nahl ayat 88 disebut sebagai 'adzaaban fauqal 'adzaab (siksaan di atas siksaan).

Murka Allah pun tidak sampai di situ saja. Sabda Rasul bahwa “Tiap-tiap penghuni neraka mempunyai 70 KULIT, dari kulit yang satu ke kulit yang lain terdapat 7 LAPIS dari api neraka”. Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa “ketebalan kulitnya sejarak 3 hari perjalanan”. Artinya, begitu lebar dan banyak lapisan kulitnya menjadikan siksa neraka semakin terasa mematikan. Firman Allah dalam Q.S. Thaahaa: 74 dan juga sabda Rasul bahwa ia hilang akal, tidak mati (mereka ingin mati tapi tidak bisa), tidak pula hidup.

Sangat pedih, murka Allah pun sekali lagi tidak sampai di situ saja. Setiap 70 KULIT itu luluh, akan diganti dengan 70 KULIT yang akan terus disiksa. “... Setiap kali kulit mereka hangus, KAMI GANTI kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka (benar-benar) merasakan AZAB ...” (Q.S. An-Nisaa’: 56). Itulah ‘siksa yang berlipat-lipat’.

Hanya ada teriakan, rintihan, jeritan, dan tangisan sangat keras. Dan setiap kali meminta diringankan azab karena terlalu pedihnya, justru semakin DITAMBAHKAN LAGI siksa dan azabnya.

“Karena itu rasakanlah! Dan Kami sekali-kali tidak akan MENAMBAH kepada kamu selain daripada azab.” (Q.S. An Naba: 30)

Syaikh Mahir Ahmad Ash Shuufiy dalam bukunya An-Naaru Ahwaaluhaa Wa 'Adzaabuhaa (buku terjemahan: ‘Misteri Kedahsyatan Neraka’) menyatakan bahwa firman Allah tersebut, maksudnya, bahwa siksa neraka senantiasa ditambahkan, tidak pernah berhenti dan tidak pernah dikurangi. Para ahli tafsir berkata, "Di dalam Al-Quran TIDAK ada bagi penduduk neraka, AYAT YANG LEBIH PEDIH dari ayat ini. Setiap meminta pertolongan dari satu jenis siksaan, mereka ditolong dengan siksaan lain yang lebih pedih dari sebelumnya." (Tafsir Al-Qurthubi)

Selain siksa, nyala Jahannam pun ditambahkan lagi:
“Tiap-tiap kali nyala api Jahanam itu akan padam Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.” (Q.S. Al isra: 97)

Sehingga berakhir pada suatu kesimpulan bahwa siksa Allah adalah SIKSA DI ATAS SIKSA; siksa yang berlipat-lipat! Yang masih DILIPATGANDAKAN 70 KALI, dan ini berlangsung terus-menerus (bisa berabad-abad sampai jutaan tahun) sampai seseorang ‘diangkat’ dan dimasukkan ke surga (jika ia orang ‘beriman’ tetapi terlampau banyak dosanya; yaitu untuk melebur dosanya itu). Inilah SIKSA PALING RINGAN. Lalu bagaimana dengan siksa yang lebih berat? (dalam 1 tingkatan neraka), dan akan SEPARAH APA LAGI jika tingkatan nerakanya semakin bawah (untuk orang kafir)??

Penggalan sebuah hadits dari Anas bin Malik:

Api neraka itu ada 7 pintu, tiap-tiap pintu ada bahagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan.'

Nabi saw. bertanya: 'Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?'

Jawab Malaikat Jibril: 'Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70.000 TAHUN, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 KALI LIPAT.' (yang lebih bawah lebih panas) ....”

“Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah SANGAT DAHSYATNYA.” (Al-Buruj 12)
… lalu Allah menyiksa mereka dengan SIKSAAN YANG SANGAT KERAS. (Al-Haqqah 10)
... dan ketahuilah bahwa Allah SANGAT KERAS SIKSAAN-NYA. (Al-Baqarah 196)

Astaghfirullahal ‘azhiim…

Ya Rabb, ampuni kami, sesunguhnya kami tak kuasa menahan siksa-Mu meskipun hanya sesaat…

Rabu, 20 April 2011

MAKNA ’50 SHALAT’

Setelah kita memahami konsep kehidupan yang teramat penting bagi semua umat muslim (KESENANGAN SEMU YANG AMAT PAYAH!), sebagai tindak lanjutnya adalah hakikat kehidupan sebagai berikut:

-------------------------------------------------
Allah pertama kali mewajibkan shalat 50 kali kepada umat Muhammad ketika beliau melakukan mi'raj. Tetapi, berkenaan dengan masalah ini, pernahkah kita bertanya tetntang hikmah disebutkannya hadits bahwa Allah telah mewajibkan shalat sebanyak 50 kali, lalu Dia memberikan dispensasi kepada kita?

Menurut keyakinan, wallahu a'lam, Allah MEMANG mewajibkan semua itu. Namun demikian, Dia mengetahui keadaan kita bahwa kita tidak akan mampu melakukannya. Seandainya kita mengerjakan shalat sebanyak 50 kali, sementara sehari semalam hanya ada 24 jam, berarti kita SETIAP SETENGAH JAM sekali kita akan mengerjakan shalat (tepatnya 28 menit 48 detik).

Misalnya, dari 24 jam yang ada, lalu kita kurangi 6 jam untuk tidur, berarti kira-kira SETIAP 20 MENIT kita akan mengerjakan shalat (tepatnya 21 menit 36 detik). Berdasarkan perhitungan ini, apabila seorang lelaki melakukan shalat di masjid, ia TIDAK AKAN meninggalkan masjid karena waktu shalat sangat dekat, sementara seorang wanita tidak akan meninggalkan mushallanya karena alasan yang sama. Dengan demikian, kapankah waktu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup dan di manakah tanggung jawab kehidupan dan tuntunan-tuntunannya?

Kalau begitu, apa tujuan diwajibkannya shalat 50 kali kemudian diringankan bagi kita dan diringkas menjadi lima? Ia tak disebutkan secara serampangan. Allah Mahasuci dari semua itu, Dia Mahabijaksana dalam segala firman dan perbuatan-Nya.

Hikmahnya, wallahu a'lam, secara lahir ialah Dia ingin menjelaskan kepada para hamba-Nya bahwa Dia tidak menciptakan mereka di dunia ini, KECUALI hanya untuk beribadah kepada-Nya. Karena itu, Dia mewajibkan shalat DAN MENYUKAI PENAMBAHAN BILANGANNYA sebatas kemampuan. Dengan demikian, hadits tersebut menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengukuhkan TUJUAN penciptaan manusia, yakni beribadah.
2. Menjelaskan keutamaan shalat fardhu atas shalat lainnya, serta memotivasi memperbanyak SHALAT SUNNAH dan seluruh bentuk ibadah sesuai kemampuan.

Semua ini menjelaskan bahwa “asal penciptaan MAKHLUK*” ialah untuk beribadah (Adz-Dzaariyaat 56). Maksud "ibadah" di sini ialah IBADAH MAHDHAH yang murni karena Allah.

(ditulis dari buku RUMUS MASUK SURGA - Cara Cerdas Memilih Amal Untuk Hasil Optimal, hlm.18; menjadi tema pembuka di buku tersebut)
-------------------------------------------------

*MAKHLUK; semua makhluk: dari bangsa manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda alam semesta, dari golongan yang tampak maupun yang tidak tampak, malaikat, jin, bahkan IBLIS (meskipun iblis yang dahulu 'ketaatan & kedudukannya lebih tinggi dari malaikat' menjadi membangkang setelah Nabi Adam diciptakan), yang besar dan yang kecil, yang benar-benar hidup dan yang seolah mati. Dalam Fisika-Astronomi, bahkan planet itu pun sebenarnya hidup! Ia makan dengan memakan planet lain (dalam kurun waktu yang sangat lama). Dan 'semua bertasbih' (dalam Al-Quran kata tasbih ada dalam bentuk fi'il mudhari' [present+future tense], maupun fi'il madhi [past tense]) menurut cara masing-masing yang telah dikehendaki SANG PENCIPTA PALING SEMPURNA. Apakah kita tidak malu dengan benda-benda mati dan batu itu???

Jumat, 15 April 2011

DUNIA = KESENANGAN SEMU YANG AMAT PAYAH

Sebuah konsep dan pengetahuan yang sangat penting yang seharusnya kita semua umat muslim memahaminya dengan baik:

-------------------------------------------------
Orang kaya merasa takut jika kekayaannya hilang, seorang ayah takut jika anak-anaknya tertimpa berbagai malapetaka dan bencana, pemilik rumah takut adanya pencuri, orang yang sehat takut jatuh sakit, dan orang yang sakit takut mati. Mereka SELALU DIHANTUI KETAKUTAN ke mana pun mereka pergi. Setiap kali harta 'bertambah' banyak, 'bertambah banyak pula' rasa takut dan khawatir.

Berbagai bentuk kesenangan dunia telah banyak tersedia bagi para pemiliknya. Namun, berbagai kesenangan itu TERCAMPUR dengan berbagai hal yang 'menakutkan'. Ketika kesenangan yang satu menyebabkan kanker, kesenangan yang lain justru menaikkan kolesterol. Ada juga kesenangan yang menyebabkan penikmatnya mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi), bahkan ada yang menyebabkan terjangkit penyakit AIDS, Syphilis, dan Herpes.

Berbagai jalan menuju kesenangan juga telah banyak tersedia bagi penikmatnya, tapi banyak bersenang-senang justru menyebabkan KEBOSANAN, mengantarkan kepada kegemukan dan pengangguran serta mendatangkan berbagai penyakit.

Dan yang PASTI, setiap bentuk dari sekian bentuk kenikmatan di dunia, PASTI mempunyai batas akhir yang disebut dengan 'batas kekenyangan'. Jika setelah itu ditambah lagi akan dikategorikan sebagai sesuatu yang sia-sia dan tidak bermanfaat, dan memberikan kemudharatan.

Dunia ini hanyalah kenikmatan yang mengandung "kesedihan dan kesusahan, serta ketakutan dan kegelisahan".

(ditulis dari buku Al-Istitsmaar Al-Amtsal wa 'Awaa'iduhu yang telah diterjemahkan ke dalam buku RUMUS MASUK SURGA - Cara Cerdas Memilih Amal Untuk Hasil Optimal, hlm. 156-157 serta hlm. 226)
-------------------------------------------------

Resume: Dua hal pokok: PERTAMA, kesenangan dunia ada 'batasnya'. Jika melebihi itu artinya menjadi kesusahan. KEDUA, kenikmatan yang "belum mencapai batas" pun tercampur dengan "kepahitan, kesedihan, dan kesusahan, serta ketakutan dan kegelisahan". Ini artinya kesenangan semu yang amat payah.

Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya (Q.S. Ali Imran: 185).

Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kenikmatan yang menipu [kesenangan yang palsu] (Q.S. Al-Hadiid: 20).

Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya (Q.S. Al-Israa': 21).

Maka ambillah ia sebagai pelajaran, wahai orang mu’min.

Selasa, 05 April 2011

TIPS RAHASIA KHUSYU’ DALAM SHOLAT


-semoga dapat menjadi revolusi sholat kita-

Berwudhu zahir dan “wudhu batin” ketika masuk waktu sholat. Berdiri dengan penuh kewaspadaan dan dibayangkan Allah ada di ‘hadapan’ kita, surga di sebelah kanan kita, neraka di sebelah kiri kita, malaikat maut berada di belakang kita, dan dibayangkan pula bahwa kita seolah-olah berdiri di atas titian 'Shiratul Mustaqim' dan kita menganggap bahwa sholat kali ini adalah solat terakhir kita, kemudian kita berniat dan bertakbir dengan baik.

Setiap bacaan dan doa dipahami maknanya, kemudian kita ruku' dan sujud dengan tawadhu', kita bertasyahud dengan penuh pengharapan, dan kita memberi salam dengan ikhlas.

(diambil dari intisari 1001 Kisah Teladan)
*catatan: cara shalat tersebut adalah cara shalat Hatim Al Asham (wafat 237 H, la murid dari Syaqiq dan guru dari Ahmad bin Khadhrawaih, ia masuk dalam tokoh besar/kisah teladan, seorang Isam bin Yusuf ahli ibadah yang sangat wara’ dan sangat khusyu shalatnya saja ketika mengetahui cara shalat Hatim Al Asham ia tercengang dan menangislah dia kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik, bagaimana dengan kita?!)


MODIFIKASI:
Teknik di atas akan kita kembangkan lagi, namun insyaa Allah menjadi lebih mudah, apalagi memang tidak mudah jika setiap kita sholat menganggap itu adalah sholat terakhir kita:

Sebagai langkah awal, perlu kita pahami dahulu makna khusyu’ yang sebenarnya. Khusyu'' kurang tepat bila diartikan dengan ‘konsentrasi’. Khusyu di dalam Al-Quran dimaknai yaitu “YAKIN AKAN MENEMUI TUHANNYA & AKAN MEMPERTANGGUNGJAWABKAN SEMUANYA”.

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (YAITU) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Q.S. Al-Baqarah: 45-46)

Jika kita bersedia merenungi, dengan ayat ini pun kiranya sudah cukup dapat menjadikan seseorang khusyu’ dalam shalat.  Karena yang digunakan adalah kalimat “yakin akan menemui Tuhan”, hal ini berkaitan erat dengan kehidupan setelah mati. Makanya, “tingkat khusyu’ seseorang BERBANDING LURUS dengan tingkat pengetahuan dan kefahamannya terhadap perjalanan/gambaran hidup sesudah mati”.

*Sehingga sebelum mempelajari ilmu-ilmu lainnya, hendaklah kita prioritaskan memiliki (mempelajari) buku yang khusus membahas tentang kehidupan setelah mati, dan akan lebih baik lagi bila kita menyisihkan uang khusus untuk membeli buku tentang kehidupan di alam kubur, buku tentang petaka Padang Mahsyar, tentang keagungan surga, maupun buku tentang misteri dahsyatnya neraka. Bukankah tugas utama Rasul ialah menyampaikan kabar gembira (surga) dan memberi peringatan (petaka akhirat)? [Q.S. 2:213, 4:165, 6:48, 11:2, 25:56, 33:45, 46:12, dll] Dan bukankah kita semua pada finalnya PASTI akan berada di alam kekekalan? Maka sudah seharusnya kita mempelajarinya sebagai persiapan menghadapinya.

Oleh karenanya, lebih lanjut, cara paling ampuh untuk khusyu’ dalam shalat adalah mengaitkannya dengan beberapa gambaran/suasana alam akhirat (Hari Pembalasan):

  • Allah yang Maha Besar berada ‘dekat’ di hadapan kita dengan sudut elevasi +/- 30ยบ.
  • Surga berada ‘sangat jauh’ di hadapan kita sekitar perjalanan 70.000 tahun perjalanan. (semakin jauh agar kita semakin berusaha mengejarnya dengan semakin khusyu’)
  • Kita sholat seolah berada pada sebuah alas/permadani/awan dimana ‘dekat’ di bawah kita adalah Neraka Jahannam. (atau seperti lapisan es tipis di kutub bumi, dimana kita dapat mudah terperosok jatuh, dimana dalam riwayat disebutkan bahwa api neraka yang sebesar SEMUT KECIL yang telah dibasuh 70 KALI saja dapat menghancurluluhkan GUNUNG, lantas apa jadinya dengan manusia?!)
  • Malaikat Raqib (pencatat kebaikan) berada 3 meter di sebelah kanan kita.
  • Malaikat ‘Atid (pencatat keburukan) berada 3 meter di sebelah kiri kita.
  • Malaikat Pencabut Nyawa sudah siap 3 meter berada di belakang kita.

[Dan kita pun harus ‘mewajibkan diri’ untuk memahami setiap bacaan (kalimat) sholat dari doa iftitah sampai dengan salam, kecuali surat-suratan semampu kita. Setiap bibir melafazkan bacaan, hati bersamaan melafazkan makna/kandungan (makna tidak sama dg arti)]
 ----------------------------------

Kita menyadari, memang tidak mudah untuk khusyu’ secara konstan dari takbir sampai dengan salam, tips berikut dapat meningkatkan (menge-charge) kembali tingkat khusyu’ kita saat merasa lalai:

Semakin tidak khusyu’ sholat kita, semakin dekat api neraka Jahannam itu naik menuju kita dan surga semakin menjauh; semakin rajin Malaikat ‘Atid mencatat keburukan dan semakin malas Malaikat Raqib mencatat kebaikan; semakin pula Allah menjauh ke langit dan memalingkan wajah-Nya; semakin Malaikat Izroil mempersiapkan cara yang menyakitkan untuk mencabut nyawa kita. (begitu juga sebaliknya)


Total Memory Technique:

Sudah menjadi wacana umum bahwa otak kiri manusia berperan dalam tulisan/hafalan sedangkan otak kanan untuk imaginasi/visualisasi/kreativitas. Jangan gunakan seluruh bagian otak (pikiran) kita untuk visualisasi suasana di atas. Gunakan otak kiri dan hati untuk melafazkan makna; gunakan otak kanan untuk visualisasi. Namun, persentasenya lebih diutamakan pada otak kiri (memahami lafaz yang dibaca). Persentase penggunaan otak kanan lebih dikurangi lagi dengan cukup menghafal 2 penjuru:

  1. Penjuru arah mata (bawah, depan); seketika itu ingat neraka, surga, dan Rabb*.
*Sesuai Q.S. Al-Baqarah: 45-46 yang telah disebutkan di atas, maka penjuru ini (terutama Rabb) adalah yang paling dikuatkan.
  1. Penjuru samping (kanan, kiri, belakang); seketika itu ingat 3 Malaikat.

Setelah agak terbiasa, setiap penjuru dapat kita ingat dalam 1 detik: 2 detik untuk 2 penjuru. Dan setelah kita terbiasa dan menguasainya, cukup hanya 1 detik saja untuk visualisasi semuanya.

Khusus sebelum bertakbir, gunakan 100% bagian otak kanan saja untuk visualisasi. Dan khusus detik-detik saat tidak melafazkan bacaan, persentase diubah menjadi lebih besar untuk otak kanan (visualisasi). Selanjutnya, tetap fokus pada makna bacaan, namun diiringi dengan visualisasi atau suasana seperti yang telah dijelaskan di atas.

Jika kita menerapkannya dengan sungguh-sungguh, dan mencoba menerapkannya mulai dari sekarang, tingkat khusyu’ kita akan jauh meningkat, PASTI... (insyaAllah)

“Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (Q.S. Al-Baqarah: 238)