Jumat, 28 Desember 2012

“SEJARAH WAKTU DAN RAHASIA LANGIT”



BAGIAN 1: SEJARAH PANJANG TARIKH MASEHI

Pengantar
Sistem penanggalan dan perhitungan hari, lahir dari rahim astrologi, yakni ilmu tentang pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan rasi bintang. Astrologi berasal dari Mesopotamia, daratan di antara Sungai Tigris dan Efrat, daerah asal orang Babel Kuno (kini Irak Tenggara). Ilmu ini berkembang sejak zaman pemerintahan Babel Kuno, kira-kira tahun 2000 sebelum Masehi (SM).

Semula, di Mesir kira-kira tahun 1000 SM, para ahli perbintangan mempelajari benda-benda langit hanya untuk ramalan umum mengenai masa depan. Pengetahuan astrologi ini diambil alih suku Bangsa Babel.

Astrolog Babel kemudian mengembangkan suatu sistem yang menghubungkan perubahan musim dengan kelompok-kelompok bintang tertentu yang disebut rasi atau konstelasi. Tetapi antara tahun 600 SM dan 200 SM, mereka mengembangkan suatu sistem untuk menghitung penanggalan hari dan menggambar horoskop perorangan.

Tarikh Masehi memiliki akar dan ikatan yang kuat dengan tradisi astrologi Mesir Kuno, Mesopotamia, Babel, Yunani antik, dan Romawi tua serta dalam perjalanannya mendapat intervensi gereja.

Tariks Masehi adalah tarikh yang kini dipakai secara internasional dan oleh kalangan gereja dinamakan Anno Domini (AD) terhitung sejak kelahiran Nabi Isa as (Yesus). Semula biarawan Katolik, Dionisius Exogus pada tahun 527 Masehi ditugaskan pimpinan gereja untuk membuat perhitungan tahun dengan titik tolak tahun kelahiran Nabi Isa as (Yesus).

Masa sebelum kelahiran Nabi Isa as (Yesus) dinamakan masa sebelum masehi. Semua peristiwa dunia sebelumnya dihitung mundur alias minus. Dengan sebuah gagasan teologis Nabi Isa as (Yesus) sebagai penggenapan dan pusat sejarah dunia. Tahun kelahiran Nabi Isa as (Yesus) dihitung mulai tahun pertama atau awal perjanjian baru. Tarikh yang berdasarkan sistem matahari ini sebelum menjadi sempurna seperti yang kita kenal sekarang mengalami sejarah yang cukup panjang, sejak zaman Romawi, jauh sebelum pemeritahan Julis Caesar.

Maklumat Julius Caesar
Semula, tarikh orang Romawi ini terbagi dalam 10 bulan saja yaitu:
1.      Martius (Maret)
2.      Aprilis (April)
3.      Maius (Mei)
4.      Junius (Juni)
5.      Quintilis (Juli)
6.      Sextilis (Agustus)
7.      September (September)
8.      October (Oktober)
9.      November (Nopember)
10.   December (Desember)

Seperti halnya dengan pemberian nama hari, pemberian nama bulan pada tarikh yang kemudian menjadi tarikh Masehi ini ada kaitannya dengan nama DEWA bangsa Romawi. Contoh, bulan Martius mengambil nama Dewa Mars, bulan Maius mengambil nama Dewi Maia, dan bulan Junius mengambil nama Dewa Juno.

Sedangkan nama-nama Quintrilis, Sextilis, September, October, November, dan December adalah nama yang diberikan berdasarkan angka urutan susunan bulan. Quintilis berarti bulan kelima, Sextilis bulan keenam, September bulan ketujuh, October bulan kedelapan, November bulan kesembilan, dan December bulan kesepuluh.

Adapun nama bulan Aprilis diambil dari kata Aperiri, sebutan untuk cuaca yang nyaman di dalam musim semi.

Berdasarkan nama-nama tersebut di atas, nampak bahwa pada zaman dahulu permulaan tarikh jatuh pada bulan Maret.

Hal ini erat kaitannya dengan musim dan pengaruhnya kepada tata kehidupan masyarakat di Eropa. Bulan Maret (tepatnya 21 Maret) adalah permulaan musim semi. Awal musim semi itu disambut dengan perayaan suka cita karena dipandang sebagai mulainya kehidupan baru, setelah selama 3 bulan mengalami musim dingin yang membosankan. Jadi kedatangan musim semi ini dirayakan sebagai PERAYAAN TAHUN BARU setiap tahun.

Tarikh yang hanya terdiri atas 10 bulan itu, kemudian berkembang menjadi 12 bulan. Berarti ada tambahan 2 bulan, yaitu Januarius dan Februarius.

Januarius adalah nama yang berasal dari nama Dewa Janus. Dewa ini berwajah dua, menghadap ke muka dan ke belakang, hingga dapat memandang masa lalu dan masa depan. Sebab itu, Januarius ditetapkan sebagai bulan pertama.

Februarius diambil dari upacara Februa, yaitu upacara semacam bersih desa atau ruwatan untuk menyambut  kedatangan musim semi. Dengan ini Februarius menjadi bulan yang kedua, sebelum musim semi datang pada bulan Maret.

Demikianlah, maka bulan-bulan yang terdahulu letaknya di dalam tarikh baru menjadi tergeser dua bulan, dan susunannya menjadi: Jauarius, Februarius, Martius, Aprilis, Maius, Junius, Quintilis, Sextilis, September, October, November, dan December.

Pada akhirnya, nama-nama Quintilis sampai December menjadi tanpa arti. Karena posisi dalam urutan kedudukannya yang baru di dalam tarikh, tidak sesuai lagi dengan arti sebenarnya. Sistem yang dipakai waktu itu belum merupakan sistem matahari murni, masih banyak kesalahan atau ketidakcocokan yang makin jauh melesetnya.

Pada saat JULIUS CAESAR berkuasa, kemelesetan telah mencapai 3 bulan dari patokan yang seharusnya.

Dalam kunjungan ke Mesir tahun 47 SM, Julius Caesar sempat menerima anjuran dari para ahli perbintangan Mesir untuk memperpanjang tahun 46 SM menjadi 445 hari dengan menambah 23 hari pada bulan Februari dan menambah 67 hari antara bulan November dan December.

Rupanya ini merupakan TAHUN PERTAMA dalam sejarah. Namun adanya kekacauan selama 90 hari itu, perjalanan tahun kembali cocok dengan musim.

Sekembali ke Roma, Julius Caesar mengeluarkan maklumat penting dan berpengaruh luas hingga kini yakni penggunaan sistem matahari dalam sistem penanggalan seperti yang dipelajarinya itu dari Mesir.

Adapun isi keputusannya:
Pertama, setahun berumur 365 hari. Karena bumi mengelilingi matahari selama 365,25 hari, sebenarnya terdapat kelebihan 0,25 hari setiap tahun, atau sama dengan 0,25 x 24 jam = 6 jam setiap tahun.

Kedua, setiap 4 tahun sekali, umur tidak 365 hari tetapi 366 hari, disebut tahun kabisat. Tahun kabisat ini sebagai penampungan kelebihan 6 jam setiap tahun yang dalam 4 tahun menjadi 4 x 6 jam = 24 jam atau 1 hari.

Penampungan sehari setiap tahun kabisat ini dimasukkan dalam bulan Februari, yang pada tahun biasa berumur 29 hari, pada tahun kabisat menjadi 30 HARI.

Sebagai peringatan atas Julius Caesar dalam melakukan penyempurnaan tarikh itu, maka tarikh tersebut disebut TARIKH JULIAN, dengan mengganti nama bulan ke-5 yang semula Quintilis menjadi Julio, yang kini kita kenal sebagai bulan Juli.

Untuk mengabadikan namanya, Kaisar Agustus, yang memerintah setelah Julius Caesar, mengubah nama ke-6 Sextilis menjadi Augustus. Perubahan itu diikuti dengan penambahan umur bulan Agustus menjadi 31 hari, karena sebelumnya bulan Sextilis umurnya 30 hari saja. Penambahan satu hari itu diambilkan dari bulan Februari. Karena itulah bulan Februari umurnya hanya 28 HARI atau 29 HARI pada tahun kabisat.

Sementara waktu berjalan terus dan tarikh Julian yang tampak sudah sempurna itu, lama-lama memperlihatkan kemelesetan juga. Apabila pada zaman Julius Caesar jatuhnya musim semi mundur hampir 3 bulan, kini musim semi justru dirasakan maju beberapa hari dari patokan.

Akhirnya kemelesetan itu dapat diketahui sebab-sebabnya. Kala revolusi bumi yang semula dianggap 365,25 hari, ternyata tepatnya 365 hari, 5 jam, 56 menit kurang beberapa detik. Jadi ada kelebihan menghitung 4 menit setiap tahun yang makin lama makin banyak jumlahnya.

Atas kemelesetan itu, Paus Gregorius XIII pimpinan gereja Katolik di Roma pada tahun 1582 melakukan koreksi dan mengeluarkan sebuah keputusan atau bulla.

Pertama, angka tahun pada abad pergantian, yakni angka tahun yang diakhiri 2 nol, yang tidak habis dibagi 400, misalnya 1700, 1800, dan sebagainya, bukan lagi sebagai tahun kabisat. (catatan: Jadi tahun 2000 yang habis dibagi 400 adalah tahun kabisat).

Kedua, untuk mengatasi keadaan darurat pada tahun 1582 itu diadakan pengurangan sebanyak 10 hari, jatuh pada bulan Oktober. Pada bulan Oktober 1582 itu, setelah tanggal 4 Oktober langsung ke tanggal 15 Oktober. Jadi dalam tarikh Masehi, tidak pernah ada tanggal 5 sampai dengan 14 Oktober pada tahun 1582 itu.

Ketiga, sebagai pembaruan terakhir Paus Gregorius XII menetapkan 1 JANUARI sebagai tahun baru lagi. Berarti pada perhitungan rahib Katolik, Dionisius Exogus tergusur. Tahun baru BUKAN LAGI 25 MARET seiring dengan pengertian/anggapan Nabi Isa as (Yesus) lahir pada tanggal 25, dan permulaan musim semi pada bulan Maret.

Dengan keputusan tersebut di atas, khususnya yang menyangkut tahun kabisat, koreksi hanya akan terjadi setiap 3323 tahun. Karena dalam jangka waktu 3323 tahun itu kekurangan beberapa detik tiap tahun akan terkumpul menjadi satu hari. Berarti bila tidak ada koreksi, tiap 3323 tahun jatuhnya musim semi maju satu hari dari patokan. Dalam perkembangannya, tarikh Masehi dapat diterima oleh seluruh dunia untuk perhitungan dan pendokumentasian waktu secara internasional.

Ditulis dari materi kajian lintas agama, Jakarta Pusat, 2011.
Ustadz Kodiran Salim, Peneliti Independen Lintas Kitab Suci.
Dikutip dari berbagai sumber.


BAGIAN 2 (INTI): CARA MENYIKAPI

Sistem Islam memiliki penanggalan sendiri yaitu penanggalan Hijriyah yang didasarkan atas revolusi bulan terhadap bumi (Qomariah). Sistem lain memiliki penanggalan Masehi yang didasarkan atas revolusi bumi terhadap matahari (Syamsiah). Sistem Masehi telah mengalami banyak penyempurnaan hingga pada akhirnya sistem Masehi ini benar-benar tepat dalam perhitungan revolusi bumi terhadap matahari seiring majunya sains dan astronomi.
*Bahkan kini anak sekolah pun mampu menghitung waktu revolusi planet-planet dan benda langit dengan menggunakan rumus astronomi T=sqrt 4.phi^2.r^3/G.M.

Sistem penanggalan Hijriyah sangat dibutuhkan bagi umat Islam dalam menentukan waktu-waktu ibadah (misalnya puasa Ramadhan, puasa sunnah, haji, dll), hari-hari besar Islam, peristiwa-peristiwa Islam, yang mana ketepatan perhitungannya maka setiap tanggal 1 bulan Hijriyah, bulan akan selalu pada bentuk dan derajat yang sama (kemunculan bulan sabit pertama).

Sistem penanggalan Masehi pun dibutuhkan dalam menentukan pergantian musim (musim panas dingin gugur semi kemarau hujan), cuaca, posisi matahari dengan garis khatulistiwa, masa tanam dan berbuah, dll. Apalagi kalender Masehi telah dipakai secara internasional, dipakai dalam kalender pendidikan maupun ketentuan kedinasan, pun dalam surat-surat berharga, tentu kita tak bisa lepas dengannya.

Artinya, kedua jenis penanggalan tersebut memang dibutuhkan dan membawa manfaat. Sebagai umat Islam yang berpandangan komprehensif, tidak boleh ia menolak mentah-mentah sistem penanggalan Masehi hanya karena murni berasal dari orang kafir*, dan tidak boleh pula terlalu kagum dengannya, apalagi sampai ikut mengkultuskan atau mengkhususkan hari atau merayakannya.
*Ingat pula bahwa sistem Qomariah pun telah ada jauh sebelum masa Nabi Muhammad saw, hanya pada titik tolak disepakatinya hijrahlah mulai dijadikan sebagai tahun ke-1 H. Sistem Syamsiah sendiri pun sebenarnya telah ada jauh sebelum masa Nabi Isa as, hanya pada kelahiran Nabi Isa as lah mulai dijadikan sebagai tahun ke-1 M.
                                        
Oleh karena itu ikut-ikutan kebiasaan orang kafir merayakan tahun baru Masehi dengan berpesta ria amat tidak pantas dilakukan, tetapi menjadikannya sebagai momentum introspeksi dan evaluasi kinerja justru amatlah baik dilakukan. Tentu, tahun baru Hijriyah (bulan Muharram) yang telah kita lewati di bulan November yang lalu merupakan momentum perubahan yang jauh lebih besar, lebih agung, dan lebih banyak menyangkut aspek-aspek kehidupan.

Mungkin kita juga tidak terpikir, banyak hal keduniaan yang ditemukan oleh orang kafir yang membawa manfaat besar bagi umat manusia. Bahkan banyak keajaiban-keajaiban Al-Quran dan bukti kebenaran Islam yang terungkap melalui penelitian-penelitian orang kafir, baik secara sengaja atau tidak dan secara disadari ataupun tidak. Dan mari kita simak sedikit rahasia takdir penanggalan sistem bulan dan sistem matahari ini:

S U R A T   A R - R A ' D U
13:2. Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu.

S U R A T   I B R A H I M
14:33. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.

S U R A T   A L - A N B I Y A A ‘
21:33. Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

S U R A T   A R - R A H M A A N
55:5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.

*Ayat ini menjadi isyarat bahwa kemajuan ilmu/metode hisab dalam menentukan waktu memiliki tingkat akurasi yang tinggi daripada metode manual (rukyah). Kita heran pendukung rukyah sering mencari seribu alasan untuk menyalahkan metode hisab, namun mereka sendiri bahkan setiap hari shalat 5 waktu dengan hasil perhitungan hisab serta menggunakan kalender Hijriyah hasil perhitungan/hisab. Ini sangat memprihatinkan, maka hendaknya mereka tetap dapat saling menghargai tanpa saling mencerca meskipun memiliki keyakinan/kecenderungan yang berbeda.

S U R A T   A L - J I N N
72:28. Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.
*Artinya Allah menciptakan segala se­suatu (kejadian dan semua objek di alam semesta) dengan "hitungan yang teliti satu persatu", yaitu dari kata Arab, 'adad.

**Ayat ini juga menjadi ruh bahwa alam semesta ini diatur berdasarkan sebuah angka dan perhitungan. Alam semesta diukur berdasarkan sebuah koefisien (misalnya saja angka ajaib 1,618!), kodetifikasi bilangan, dan hukum-hukum matematis tingkat tinggi, misalnya saja Hukum Benford yang baru abad 20 menjadi penemuan fantastis!

S U R A T   A L - K A H F I
18:25. Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
*Telah berabad-abad lamanya muncul pertanyaan mengapa tidak ditulis 309 tahun saja, mengapa 300 dan 9 tahun. Dan ternyata akhirnya diketahui, ini mengisyaratkan dua jenis perhitungan tahun, yaitu 300 tahun adalah menurut penanggalan Masehi dan 309 tahun adalah menurut penanggalan Hijriyah .

Subhaanallaah! Sungguh segala takdir, hukum alam, dan kausalitas yang sempurna dari-Nya sangat luar biasa. Allah melibatkan segala ciptaan-Nya untuk menyempurnakan dan menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya. Lihatlah hubungan dari setiap kejadian, hubungan takdir antara manusia yang satu dengan yang lain, hubungan dari benda dari tingkat quark (partikel yang jauh lebih kecil dari atom) sampai tingkat supercluster complex-semesta. Semuanya tersusun sempurna, saling berhubungan tetapi tidak bertabrakan bahkan bersesuaian dengan hukum-hukum sebab-akibat dengan tingkat kompleksitas yang tak terbatas dan sulit dijangkau akal.

Maka akhir dari tulisan ini ialah agar kita menjadi muslim yang dapat memandang komprehensif atas setiap permasalahan, hukum, dan kejadian sehingga tidak terjebak dalam perdebatan atau pandangan yang sempit dan dapat mencapai tingkatan kebijaksanaan.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Smile :)


*GKPI: Gerakan Komprehensif Pemahaman Islam

Minggu, 09 Desember 2012

BERSYUKURLAH! (REVOLUSI KONSEP SYUKUR ANDA)


Jika Anda sehat maka bersyukurlah…
dan jika Anda sakit maka bersyukurlah… karena Anda tidak sakit parah,
jika Anda sakit parah maka tetap bersyukurlah… karena sakit itu hanya sebentar,
jika Anda sakit parah cukup lama maka tetap bersyukurlah… karena Anda masih memiliki biaya untuk berobat,
jika itu tidak Anda miliki maka tetap bersyukurlah karena Anda masih memiliki teman-teman yang selalu menyemangati,
jika itupun tidak Anda miliki maka tetap bersyukurlah karena Anda masih memiliki orang tua yang selalu menjaga dan merawat Anda, serta menemani siang malam,
jikalau orang tua Anda sudah pergi meninggalkan Anda di dunia ini maka tetap bersyukurlah karena Anda masih memiliki ilmu untuk terus hidup,
dan jika itupun tidak Anda miliki dan ‘semua’ keadaan tersebut terjadi pada Anda maka tetap bersyukurlah karena Anda masih memiliki iman dan islam, sebenar-benar nikmat terbesar yang tiada tandingnya dari segala jenis nikmat/karunia bagi orang yang memahami”

Penjelasan:
Ramai diantara umat muslim yang senantiasa mensyukuri nikmat iman dan islamnya namun tanpa tahu makna, arti, dan esensinya ‘secara mendalam’.
Kita jauh dan sangat jauh lebih beruntung dari orang non muslim. Urutan tingkatan orang yang paling sepatutnya kita merasa begitu kasihan adalah:
  1. Orang kafir yang baik hati (suka menolong, atau teman baik kita) lagi miskin;
  2. Orang kafir yang baik hati yang kaya;
  3. Orang kafir yang kejam (termasuk melawan/memerangi Islam) yang miskin;
  4. Orang kafir yang kejam (termasuk melawan/memerangi Islam) yang kaya;
*3-4: Meski secara zahir membencinya (karena iman kita memang harus membencinya), tapi yang dimaksud di sini adalah sangat kasihan bagaimana kehidupannya setelah mati??
  1. Kemudian yang ke-5 barulah orang muslim yang miskin (hidupnya susah/menderita)
Mengapa 4 urutan pertama yang patut kita merasa sangat kasihan (dan karenanya kita sepantasnya bersyukur atas keadaan yang ada pada diri kita) adalah orang kafir? MESKIPUN mereka adalah para penentang/penghina Islam sekalipun?

Mari kita fahami uraian berikut ini:

1.       Orang kafir ketika telah sampai pada Hari Pembalasan, mempunyai keinginan/khayalan-khayalan sebagai berikut:
  1. ... dan orang kafir berkata:"Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah TANAH" (An Naba' 39-40)
Misal, kalau di dunia dulu tikus diburu dan dimakan kucing, saat ini Allah memerintahkan kepada tikus agar memakan kucing. Kalau dulu burung elang memakan ular, maka sekarang Allah memerintah ular agar memakan elang. Ini namanya hukum qishash. Setelah hewan-hewan membalas dendam atas perilaku di sunia satu sama lain, kemudian Allah Ta'ala berfirman:
"Jadilah kamu sekali tanah!"
Mereka pun langsung menjadi tanah tak berisiko. Pada saat itu orang-orang kafir melihat hukum qishash antarbinatang begitu mudah dan langsung menjadi tanah, lalu iri ingin menjadi tanah saja. Andai jadi binatang, urusannya sudah habis menjadi tanah.
            (tulisan terkait: “SEMUA MAKHLUK AKAN DIBALAS”)
b.     Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku KEMBALIKANLAH aku (ke dunia)*. Agar aku BERBUAT AMAL YANG SHALEH terhadap yang telah aku tinggalkan. SEKALI-KALI TIDAK! ... [Al Mu'minuun 99-100, lihat juga As-Sajadah: 12]
* Maksudnya: orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratul maut, minta supaya diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman!
  1. Supaya jangan ada orang yang mengatakan: "AMAT BESAR PENYESALANKU atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah) [Az-Zumar: 56]
  2. Atau supaya jangan ada yang berkata: 'Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah Aku termasuk orang-orang yang BERTAKWA'. (Az-Zumar: 57)
  3. Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab 'Kalau sekiranya Aku dapat kembali (ke dunia), niscaya Aku akan termasuk orang-orang BERBUAT BAIK'. (Az-Zumar: 58)
  4. Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang BERIMAN. (Asy-Syu’araa’: 102)

2.       Khayalan itu tidak akan terwujud, mereka KEKAL di dalamnya SELAMA-LAMANYA; mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun dan tidak (pula) seorang penolong.” (Al-Ahzab: 65)
[tulisan terkait: “TAK KAN TERBAYANG LAMANYA WAKTU AKHIRAT”]
Padahal siksa akhirat yang kekal selama-lamanya itu digambarkan seperti dalam tulisan-tulisan ini:
a.      SATU CELUPAN SAJA
b.     SEHARUSNYA KITA MENANGIS SAAT INI JUGA
c.      SIKSA NERAKA PALING RINGAN YANG MEMAYAHKAN DAN MEMBUAT GILA
d.     PASTI TERBAKAR APA YANG ADA DI TIMUR & BARAT, HANCUR LULUH SEMUA YANG ADA DI  GALAKSI; HANYA DG 1 TITIK API
e.      “SANGAT KERAS SIKSANYA”

3.       Poin 1 (a-f) dan poin 2 (a-e) di atas lah yang sekiranya karenanya ada sebuah kisah dalam 1001 Kisah Teladan (“Jibril, Kerbau, Kelelawar, dan Cacing”) intinya seperti ini:

Malaikat Jibril datang menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau apakah dia senang telah diciptakan sebagai kerbau. Ditanyai saat berendam di sungai, ia menjawab: “Masya Allah, Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, daripada aku dijadikannya sebagai seekor kelelawar yang mandi dengan kencingnya sendiri”. Lalu ditemui pula kelelawar yang sedang bergelantungan di gua, ia menjawab: “Masya Allah, Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar, daripada aku dijadikannya sebagai seekor cacing, tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya”. Lalu ditemui pula cacing yang sedang merayap di tanah, ia menjawab: “Masya Allah, Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, daripada dijadikannya aku sebagai seorang MANUSIA!”.

Sepatutnya kita tersentak dan bersedih dengan keadaan kita. Manusia karena perbuatannya dapat lebih hina dari seekor cacing! juga karena perbuatannya ia akan disiksa dalam waktu yang ditetapkan, kekal selama-lamanya bagi orang kafir.

Kita perlu merenungi kehidupan... bahwa tiap makhluk ciptaan-Nya pun bersyukur dengan keadaan yang ada pada diri mereka dan semua dari mereka juga pohon-pohon, binatang melata, batu, gunung, planet, maupun bintang-bintang bertasbih pun bersujud (Al-Hajj: 18) kepada-Nya, sungguh kebanyakan manusia memang keterlaluan dan sedikit bersyukur (Al-Hajj: 66, At-Taubah: 75-78, An-Naml: 73, dll).

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Israa’: 44)

4.       Poin 4, poin yang paling utama:
“Barang siapa yang DISESATKAN-NYA, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya ATAU maka tidaklah ada baginya sesuatu jalan pun (untuk mendapat petunjuk) ATAU maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia.” Ayat dengan makna seperti ini banyak sekali tertuang dalam Al-Quran. Juga ayat dengan makna seperti ini:
“Dia MENGAMPUNI siapa yang Dia kehendaki dan Dia MENYIKSA siapa yang Dia kehendaki ATAU Allah MENYESATKAN siapa yang dikehendaki-Nya dan MEMBERI PETUNJUK (‘maupun hikmah dan kepahaman’) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”

“... orang yang hatinya telah KAMI LALAIKAN dari mengingati Kami” (Al-Kahfi: 28)

“Mereka itulah orang-orang yang DIKUNCI MATI hati mereka oleh Allah.” (Muhammad: 16) “Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; lalu DIBUAT TULI (pendengarannya) dan DIBUTAKAN penglihatannya.” (Muhammad: 23)

“Allah telah MENGUNCI-MATI hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka DITUTUP. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (Al-Baqarah: 7)

“Sesungguhnya Kami telah meletakkan TUTUPAN di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) SUMBATAN di telinga mereka; dan kendati pun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk SELAMA-LAMANYA” (Al-Kahfi:57)

Nabi Muhammad pun sama sekali tidak dapat memberi petunjuk. Iblis pun tidak dapat menyesatkan seorang pun. Tetapi ia hanyalah sebagai penunjuk arah/jalan. Dan semuanya atas kehendak Allah dengan lantaran sesuatu itu. Namun perhatikan pula ayat di bawah ini:
"Yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua TANGAN KAMU DAHULU dan sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya.” (Al-Hajj: 10)

Contoh: Azar (AYAH Nabi Ibrahim), ANAK (Kan’an) dan ISTRI Nabi Nuh, ISTRI Nabi Luth, pun PAMAN Nabi Muhammad saw. semuanya di bawah pengawasan orang shalih selevel Nabi pun tak dapat memberi petunjuk dan tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari siksa Allah.

Pada 15 juz pertama Al-Quran (sampai Surah 18 Al-Kahfi), banyak sekali dijelaskan tentang ini agar kita dapat memahaminya. Bahwa mereka kafir/sesat karena disesatkan Allah. Bahwa mereka tidak mau mendengar nasihat, mereka menentang, memusuhi, menghina, dan memerangi Islam karena telah disesatkan Allah. Bahwa Allah telah mengunci hati mereka dan menyumbat telinga mereka dan kemudian akan menyiksa mereka. Semua berlaku atas kehendak Allah karena “sesungguhnya Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki” (Al-Hajj: 18). Dan bahwa kita beriman/Islam pun karena diberi petunjuk oleh Allah. Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki. Begitulah, karena sungguh dunia ini adalah permainan, dengan hubungan kausalitas yang sempurna”. Maha Suci Allah, Pemilik ‘hubungan kausalitas dan kompleksitas paling sempurna’.

Kita beruntung dan sangat luar biasa beruntung karena kita terpilih menjadi orang beriman yang diberi petunjuk itu (bersama dengan orang tua kita pun lingkungan kita, red). “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman” (Al-Mu’minuun: 1). Dengannya kita bisa selamat dari siksa kekal yang selama-lamanya itu. Dan semoga dengan kita bersyukur*, kita bisa benar-benar mendapatkan rahmat dan ampunan-Nya, terbebas dari siksa akhirat, dan menggapai surga-Nya.
*Makna syukur ibaratnya seperti mengucap ‘terima kasih’ kepada seorang pemberi. Apabila perilaku penerima menyakiti si pemberi, artinya ucapan terima kasihnya hanya omong kosong. Seperti halnya iman, syukur tanpa diikuti ‘perbuatan’ yang semestinya tidak akan berarti apa-apa.

Sungguh pada akhirnya kita semua insyaAllah pasti masuk surga, maka bersyukurlah sedalam-dalamnya atas ketetapan Allah yang berlaku pada setiap kita, makna syukur yang dalam dan tulus....

Meskipun begitu, kita tidak bisa merasa aman dan terlepas dari rasa takut dan harap. Karena kita pun tetap harus berhati-hati dengan prinsip dasar siksa akhirat, yaitu: “SATU CELUPAN SAJA”. Namun, paling tidak kita telah memiliki perbekalan yang agung dan kita patut mensyukurinya, syukur yang tiada terputus.

Jika kita merasa adalah orang paling miskin sedunia, paling sial sedunia, paling hidup sebatang kara, karena kita mempunyai iman, BERSYUKURLAH SEDALAM-DALAMNYA karena nilainya pada bursa harga Hari Kiamat menjadi amat sangat tinggi melebihi nilai seluruh langit dan bumi beserta isinya pun ditambah sebesar itu pula, bahkan lebih berharga dari 100 langit dan bumi sekalipun! PASTI.